Skip to main content

Lomba Fotografi Saint Jhon

Halo teman-teman muda pecinta fotografi! Kali ini, pixelens akan menceritakan tentang lommba fotografi nih! Pasti dalam benak teman-teman saat mendengar kata lomba fotografi langsung “Lomba? Sepertinya susah yaa! Mau dapet inspirasi dari mana nih?” 

Gausah takut teman-teman, pada kesempatan kali ini pixelens akan menceritakan seluk beluk dari kisah teman-teman kita yang telah mengikuti lomba fotografi “Nostalgia” di Sekolah Saint John BSD. 

Mereka sudah siap menceritakan dan berbagi pengalaman serta memberikan berbagai tips teknik fotografi. Wahh, tentu penasaran bukan? Yuk langsung saja kita ikuti cerita mereka!

Exchange
Gladys Violetta
Camera : NIKON D5200
F-ratio : 5.6
Speed : 1/125
ISO : 5000


Value
Gladys Violetta
Camera : NIKON D5200
F-ratio : 10
Speed : 1/400
ISO : 5000


Nah, salah satu teman kita yang ikut lomba fotografi adalah Gladys Violetta dengan gambarnya yang berjudul “Exchange-Value”. Wahh, keren bukan? Ternyata teman-teman, ia sebenarnya tidak sengaja lho menemukan inspirasinya. 

Inspirasinya muncul dari koin yang jatuh di jalanan, tentu Gladys menjadi teringat akan koin “jadul” Indonesia. Mengenang kembali nostalgia manis dengan koin sebagai alat pembayaran utama seabad lampau, tanpa ragu ia spontan membawa kameranya mengambil momen nostalgia nan indah tersebut. 

Andai masih memiliki tambahan waktu, Gladys pun ingin mengcrop sebagian fotonya dan mengatur fokus serta pencahayaan agar hasilnya bisa semakin menarik lagi. Menurutnya, foto ini cukup berarti mengingat bahwa mamanya yang memberitahu Gladys akan ide ini, sehingga saat memandang foto ini kala jauh dari ibunya, ia juga bernostalgia akan kenangan-kenangan indah bersama mamanya

Judul “Exchange-Value” pun memang sengaja dibuat terbuka dan ambigu supaya para penikmat fotografi dapat menafsirkannya dengan bergantung pada gaya pemikirannya masing-masing.


Mainan Lama
Jason Sebastian
Camera : LG-H818P
F-ratio : 1.8
Speed : 1/15
ISO : 400

Ada lagi loh teman kita yang ikut lomba fotografi, namanya Jason Sebastian dengan gambarnya yang berjudul “Mainan Lama”. Teman-teman tentu pernah memainkan mainan lama saat kecil, bukan?

Nah, mainan lama yang banyak disimpan dalam gudang dan tak lagi tersentuh ternyata menginspirasi teman kita untuk memotret nostalgia pengingat memori masa kecil yang penuh dengan riang nan mengharukan. 

Nah, Jason juga punya teknik khusus dalam pengambilan gambar, yaitu menggunakan hati sehingga foto yang keluar terkesan tulus. Menarik yah! Jika Jason masih memiliki waktu, ia akan mengganti pencahayaannya agar gambar tersebut terkesan lebih kuno dan nostalgik. 

Jason sendiri berpendapat bahwa gambar ini sangat spesial terutama jika mengingat makna dalam dibalik gambar tersebut, yaitu saat ia masih bersendang ria melepas tawa dan bermain tanpa henti dalam masa kecilnya yang indah. 

Ia sengaja memberikan judul simple “Mainan Lama” sehingga mudah dimengerti dan diapresiasi maknanya oleh semua orang tanpa terkecuali.


Menjahit Pahitnya Masa Lalu
Lulu Cantika
Camera : NIKON D600
F-ratio : 4
Speed : 1/13
ISO : 1600

Kreativitas itu tidak terbatas yaa teman-teman, apalagi dengan teman kita yang satu ini. Siapa lagi kalau bukan Lulu Cantika yang mengikuti lomba dengan gambarnya yang berjudul “Menjahit pahitnya masa lalu”. 

Melihat gambarnya saja kita serasa dibawa nostalgia ke zaman perjuangan kemerdekaan penuh tragedi. Lulu sendiri mengaku inspirasinya datang pada saat melihat mesin jahit, sehingga saat itu pula terlintas dalam pikirannya akan barang-barang rumahan “jadul”. 

Agar memberi kesan nostalgia yang mudah dibayangkan, ia mengatur pencahayaan sedemikian rupa sehingga terkesan seperi gambar kamera ataaupun film tentang tahun 40-50’an. Lulu pun juga memperhatikan sudut pengambilan gambar supaya semua objeknya dapat dirapatkan dalam satu frame gambar yang menjadi satu kesatuan. 

Tentunya jika ada yang ingin dirubah pastilah Lulu mau menempatkan objeknya dalam latar yang lebih terkesan tua, serta merubah warna mesin jahit agar tidak saling tabrakan dengan warna coklat. 

Menurut Lulu sendiri foto tersebut mengilustrasikan betapa berartinya sebuah kenangan lampau yang tidak akan mampu secara persis terulang kembali, baik itu kenangan manis maupun pahit, sehingga sudah sepantasnya kita jangan melupakan setiap momen terdahulu, namun jangan pula terseret dengan pedihnya tragedi dan membuat seseorang tidak bisa berpikiran untuk maju ke waktu yang akan datang. 

Teman kita ini memilih judul “Menjahit pahitnya masa lalu” sebagai bentuk ingatan dan kenangan saat zaman penjajahan serta perjuangan kemerdekaan di Indonesia agar generasi muda masih mengingat sejarah bangsa sekaligus menjadikan gambar tersebut inspirasi untuk kemajuan bangsa dengan berani melawan kejahatan dan berpegang pada nilai teguh bangsa.


Little Gun
Bernard A.K.
Camera : NIKON D7000
F-ratio : 1.4
Speed : 1/40
ISO : 320

Nah teman-teman,ada satu lagi teman kita, yaitu Bernard Adhitya Kurniawan dengan gambarnya yang berjudul “Little gun”. Bernard memotret sebuah kamera tua yang telah banyak membantu temannya kala mengambil berbagai momen penting. 

Bernard terinspirasi saat ia berkunjung ke rumah temannya yang adalah seorang fotografer professional dengan berbagai koleksi kamera seiring perkembangan zaman. Dengan gaya khasnya yang juara dalam penataan gambar serta penggunaan lensa yang “shallow” dan memungkinkan adanya kelembutan latar, tentu teknik Bernard sangat cocok digunakan dalam pengambilan gambar nostalgia dengan sentuhan modern.

Alangkah lebih baik menurut Bernard jika ia memiliki lebih banyak waktu sehingga ia mampu menambahkan sedikit ornamen antik pemberi kesan masa lampau. Bagi sang fotografer cilik dengan segudang pengalaman ini, gambar tersebut mengenang masa lalu dunia fotografi yang serba manual, mulai dari menggulung roll film satu persatu, memotret dengan bantuan “light meter”, ataupun saat masih mencetak dengan metode “dark room”. 

Walaupun fotografer terdahulu tidak memiliki teknologi yang secanggih saat ini, namun dengan prosesnya yang rumit dan kompleks pun mereka patut disanjung tinggi atas semangatnya untuk terus memberikan karya yang terbaik sampai detik ini, tidak seperti kebanyakan fotografer modern yang berpandangan bahwa untuk mendapat foto terbaik kita perlu kamera yang tercanggih pula.

Biarpun Bernard tidak pernah mencicipi generasi fotografi film, ia mengakui akan kekagumannya pada masa-masa tersebut, dimana semua orang dengan kamera dapat bernostalgia dan mengenang akan masa-masa indah fotografi. Dengan persepsinya yang unik, judul “Little Gun” dipilihnya sebagai pengingat akan kamera tersebut yang dalam kesederhanaannya mampu setia menemani sang fotografer untuk berkelana dan mengambil dokumentasi penting, bagaikan senjata kecil yang terus diandalkan di segala tempat dan tugas.

Gimana teman-teman? Seru kan mengenal para partisipan lomba fotografi “Nostalgia”! Mereka telah membuktikan lho bahwa inspirasi gambar, bahkan dengan tema “Nostalgia” sekalipun, bisa terdapat dalam peristiwa yang terkadang tidak kita kira. Tunggu apa lagi teman-teman, jangan takut mencoba ikut lomba. Ambil kameramu, potret gambarmu, dan tulis ceritamu sekarang!

Interview Oleh :
Alexander Tanri

Artikel Oleh :
Samuel Benedict

Comments

Popular posts from this blog

Hai guys ! Apa kabarnya nih setelah liburan? Pasti pada masih mau liburan lagi ya? Sebenarnya, liburan terus juga bosan sih. Apalagi yang liburannya di rumah aja. Balik ke sekolah setelah liburan kayaknya seru deh karena sudah lama nggak ketemu teman-teman yang biasanya selalu meramaikan hari-hari di sekolah.  Biasanya, kalian semua tidak mau kembali ke sekolah lagi setelah liburan karena takut nggak bisa bangun siang lagi, banyak tugas, banyak waktu istirahat yang kesita untuk mengerjakan tugas, dan masih banyak lagi. Pixelens kali ini akan membagikan beberapa tips untuk kalian yang akan kembali ke sekolah supaya hari-hari kalian bisa tetap ceria walaupun tugas numpuk.  Griselda Camera : Canon EOS 60D  F-Ratio : 5.6 Speed : 1/20 ISO : 5000 Tips pertama adalah mencatat semua tugas kalian di agenda pribadi. Kadang, ada beberapa sekolah yang tidak menyediakan agenda. Jadi, solusi yang terbaik adalah menyediakan agenda pribadi sendiri. Kenapa sih harus menulis tu
Hi there… Let us introduce PIXELENS This blog was made by St. Laurensia High School Photography Club.We choose the name Pixelens  from the word pixel which is very familiar in the photography world and lens which is related to photography. This blog is to show that there are more than just photography lesson but we also can produce photos as good as the professional photographers and for other people to see photos not limited  just for the students in our school. So we hope that you guys can also enjoy our photos. Hai Kawan, perkenalkan PIXELENS! Kami adalah sebuah komunitas fotografi dari sekolah Santa Laurensia. Komunitas kami yang bernama Pixelens ini dibentuk oleh siswa yang mengikuti ekstrakulikuler fotografi. Nama ini diambil dari kata pixel yang sudah tidak asing lagi dalam istilah fotografi, yang memiliki arti sebagai suatu representasi sebuah titik terkecil dalam gambar grafis yang dihitung per   inci dan lens yang dalam bahasa Indonesia berarti lensa
Keindahan di Pulau Lain Oleh : Lavinca Suhaimi XIA2/21             Indonesia terkenal akan keberagamannya yang unik dan berbeda-beda . Kali ini, pulau yang akan kita kunjungi adalah pulau Sulawesi tepatnya di Manado. Pulau Manado ini tidak hanya memiliki kekhasan pada tujuan wisatanya seperti Bunaken, namun agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Manado adalah Katolik dan Kristen Protestan. Sejak pertama kali kami menginjakkan kaki di Manado, suasana paskah yang meriah telah tampak dijalan-jalan. Salib-salib kecil ditanamkan di sepanjang jalan dan Gereja yang menjamur mencuri seluruh perhatian kami. Sesaat kami sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar, kami diajak untuk berfoto di Patung Yesus terbesar kedua di Asia. Sungguh menakjubkan perbedaan drastis yang ada di Indonesia ini dimana keberagaman daerah hanya terpisah oleh lautan. Setelah melihat perubahan dari sisi agama, kami semua pergi berjalan menyatu dengan alam. Ketidaktahuan kami akan tuj